Kajian Teori :
Sebuah pemandangan yang menarik, dimana ketika sekolah berlomba-lomba berbenah diri untuk mendapatkan status sebagai RSBI , justru langkahnya menuai protes dari kalangan masyarakat. Seperti bahan diatas, SMAN 2 Bangkalan yanb berupaya mempersiapkan diri menjadi sekolah RSBI dengan membuka dua kelas dimana siswanya diwajibkan membayar sumbangan sekolah sebesar Rp 3 juta. Sebuah harga yang dinilai sangat kapitalis bagi masyarakat, walaupun pihak sekolah telah memberikan pernyataan bahwa harga yang dipatok sesuai dengan pelayanan pendidikan dan fasilitas yang akan diperoleh siswanya.
Pertentangan yang terjadi antara pihak sekolah yang bersikukuh demi kualitas pendidikan yang tinggi dan masyrakat yang menganggapi biaya pendidikan yang tinggi sangat kapitalis, padahal sekolah tersebut adalah sekolah negeri dimana sebagian dananya didapatkan dari pemeintah, mengapa masih menarik dana pendidikan yang sangat tingi seperti itu?
Dalam hal inilah peran seorang public relations sangat dibutuhkan, karena dengan Public Relations organisasi dapat membangun dan mempertahankan :
1. Citra baik (good image), dengan adanya permasalahan ini menjadikan citra sekolah sedikit tercoreng, karena dianggap kapitalis sehingga pihak sekolah segera berbenah diri memperbaiki citranya dimata masyarakat
2. Itikad baik (goodwill), pihak PR SMAN 2 Bangkalan hendaknya menjelaskan kepada masyarakat bahwa tujuan membuka kelas yang harganya Rp 3juta itu semata-mata untuk perbaikan kualitas pendidikan di daerah Bangkalan.
3. Saling pengertian (mutual understanding), PR SMAN 2 Bangkalan menunjukkan rasa saling pengertiannya dengan masyarakat, hal ini dilakukan dengan menaanggapi segala aspirasi masyarakat dan segala opini yang ditujukan kepada sekolahnya,
4. Saling mempercayai (mutual confidence), PR SMAN 2 Bangkalan melaksanakan kepercayan masyrakatnya dengan memberikan 20 % dana yang diperoleh dari kelas TPA, unggulann dan reguler untuk siswa miskin.
5. Saling menghargai (mutual appreciation), rasa saling menghargai menjadi pilar utama bagi PR SMAN 2 Bangkalan untuk menjalin hubungan yang harmonis dengan siswa, stakeholder sekolah, dan masyarakat
6. Toleransi (tolerance), peduli dengan pendidikan siswa miskin walaupun SMAN 2 Bangkalan mempunyai kelas yang harganya RP 3juta.
Menjadi sebuah pembelajaran yang sangat berharga tidak hanya bagi pihak SMAN 2 Bangkalan tetapi juga untuk kita semua bahwa dalam masrayakat hendaknya kita menjalin sebuah hubungan yang harmonis, dengan tidak hanya memikir kepentingan pribadi/kelompok tetapi juga untuk kepentingan bersama. Karena semua itu bertujuan untuk menciptakan citra yang positif bagi
suatu perusahaan.
Sumber : Harian Surya, edisi Sabtu 9 Juli 2011
ARTIKEL 2
Kajian Teori :
Tidak dapat kita pungkiri bahwa setiap proses pendidikan membutuhkan kerjasama yang baik disemua pihak, pemerintah, guru, siswa dan pihak keluarga siswa agar pelaksanaan pendidikan dapat berlangsung lancar. Tidak terkecuali dengan keadaan seorang guru, sebuah materi dapat diterima oleh siswanya berkat bantuan seorang guru. Gurulah yang memberikan pemahaman bagi siswa sehingga siswa mampu menyerap materi dengan baik dan mampu berkreatifitas dengan cerdas.
Sehingga sudah menjadi perhatian bagi pemerintah untuk lebih memperhatikan nasib sang guru. Sehingga untuk menciptakan sebuah citra yang positif bagi pendidikan Indonesia, haruslah ada kerjasama yang harmonis disemua pihak. Hal itu dapat dilakukan dengan berpedoman pada prinsip-prinsip humas menurut Fasli Jalal dan Dedi Supriyadi (2001) yang disingkat TEAM WORK, yakni :
T : Together (bersama-sama), antara pemerintah, guru, siswa dan pihak lainnya bisa bekerjasama dalam dunia pendidikan agar tercapai sebuah pendidikan yang merata dan optimal bagi semua rakyatnya.
E : Emphaty (pandai merasakan perasaan oranglain), dengan saling menghargai pendapat dan hasil kerja oranglain.
A : Assist (saling membantu), saling bahu membahu memperbaiki kualitas pendidikan dengan tetap memperhatikan kebutuhan oranglain,
M : Maturity (saling penuh kedewasaan), dewasa dalam menghadapi permasalahan, mampu mengendalikan diri dari emosi sehingga dapat mengatasi masalah secara baik dan menguntungkan bersama
W : Willingness (saling mematuhi), menjunjung keputusan bersama dengan mematuhi aturan-aturan hasil bersama
O : Organization (saling teratur), bekerja sesuai dengan aturan main yang ada dalam organisasi dan sesuai dengan tugas serta tanggungjawab masing-masing
R : Respect (saling menghormati), menghormati antara satu dengan yang lain sehingga bisa menjaga kekompakkan bersama demi tujuan pendidikan bangsa bersama
K : Kidness (saling berbaik hati) dengan bersabar menyiakpi orang lain secara baik.
Hal –hal itulah yang menjadi pedoman bagi kita untuk menjalin kerjasama yang baik antara pemerintah, guru, siswa dan pihak lain dalam mewujudkan kualiatas pendidikan yang optimal. Sehingga apabila terjadi masalah disuatu pihak menjadi permasalahan bagi kita semua dan hendaknya langsung diselesaiakan. Saling menjalankan dan tugasnya masing-masing.
ARTIKEL 3
Kajian Teori
Sebuah organisasi/lembaga dalam mengembangkan kinerjanya terus berupaya menjalin sebuah citra yang baik dikalangan masyarakatnya. Sehingga dari sebuah citra itulah tercipta sebuah opini publik terhadap organisasi/lembaganya, dan menciptakan sebuah hubungan antara opini publik dengan public relations (PR) yakni :
1. Pembentukan/perubahan PR memerlukan keterbukann yang akan mempermudah dan menguatkan opini publik terhadap lembaganya
2. PR didalam menjalankan fungsinya bertujuan untuk mencapai sikap terbuka dan saling mengembangkan keterbukaan, sehingga PR merupakan bagian dari keterbukaan suatu kehidupan manusia/kelompok
3. PR berusaha mempengaruhi opini publik, begitu pula sebaliknya opini publik itu sendiri mewarnai dan memberi masukan kepada PR
Dengan adanya permasalahan yang dihadapi oleh para guru hendaknya tidak menjadi hambatan bagi pemerintah untuk tetap berjalan berjuang demi memperbaiki kualitas pendidikan bangsanya. Justru adanya permasalahan ini menjadi sorotan bagi pemerintah untuk lebih memperbaiki citra pendidikan dan juaga citra sang guru dikalangan masyarakatnya.
Untuk memperbaiki citra ini, pihak pemerintah dan juga sekolah harus berupaya mempengaruhi publik yang dapat dilakukan dengan :
1. Coersif à Yakni suatu tindakan yangn bersifat memaksa, dapat dilakukan dengan teror, pemerasan, menunjukkan kekuasaan, dan cara-cara lain yang dapat menekan batin dan menegangkan jiwa serta meninmbulkan ketakutan dikalangan publik
2. Persuasif à Yakni suatu tindakan yang berdasarkan pada segi-segi psikologis, yang dapat membangkitkan kesadaran individu (sifatnya ajakan/bujukan) dan dapat dilakukan dengan pidato maupun ceramah.
Pihak sekolah bekerjasama dengan pemerintah memilih cara terbaik untuk mengembalikan citra sang guru.
Sumber : Harian Surya, edisi 20 Agustus 2011
Oleh :
Wawan Harianto
PE AdPer 2009 B
098554305